Seekor Musang dari Balik Jendela

Andai nanti aku pergi dan tak lagi ada untukmu.
Aku harap kau akan tersenyum untuk melepasku, untuk menerima bahwa kita memang sebaiknya berpisah saja. Jalani lagi hari-harimu tanpaku, tanpa merasa kehilangan, tanpa merasakan rindu, tanpa bersedih yang membuatmu harus bermalas-malasan meratapi kehilangan.

Aku tak mau saat aku tak ada kau menjadi pemurung yang terus mencari sepi untuk sekadar mengingat-ngingat sebab perpisahan terjadi, apalagi sampai kau menyesalinya. Aku tak mau jadi air mata di bening mata indahmu itu, aku tak mau mengotori pipi putihmu dengan tangisan. Aku tak mau menjadi hari-hari menyakitkan untukmu.

Andai nanti aku tak ada, aku hanya berjalan melanjutkan tujuan. Mungkin langkahku pelan-pelan, agar tak mengagetkan malam yang hujan. Aku pergi mungkin tak menjanjikan kembali, tapi kupastikan aku merasakan bahagia karena pernah menjadi bagian dari kehidupanmu, aku bahagia karena pernah mendengar tawa. Aku harap, teruslah kau tertawa bahkan saat aku tak ada, teruslah menyenangkan tanpa perlu ada linangan, lanjutkan kisahmu dengannya tanpa perlu merasakan kehilangan.

Sungguh, aku tak ingin menjadi luka di hatimu, tak ingin menjadi sesuatu yang mengendap di ingatanmu. Saat nanti semua tak ada, aku ingin kau benar-benar bisa melupakan semuanya. Semua warna yang sempat kita lewati dengan penuh tawa atau ada hari di mana kita terpaksa saling membagi luka.

Simpan saja tulisan-tulisanku sebagai hadiah, sebagai hiburan saat keadaan mungkin menyebalkan. Sayangi dia yang kemudian hadir untukmu, jangan lukai hatinya. Berhenti menulisanku, berhenti menjadikanku diksi untuk tulisan-tulisanmu.

Mungkin nanti, kau akan menikah dan aku akan bahagia mendengar kabarnya, riasan indah itu kau pajang di sosial media. Aku usahakan, akulah yang akan menekan lama tombol suka dan memilih gambar hati. Mungkin kau akan mengingat aku lagi, namun tak lagi sesesak itu lagi, tidak membuat pertahananmu goyah untuk sekadar bergumam dalam hari jika kau merindukanku.

Kelak, kita hanya akan menjadi cerita samar-samar yang mungkin terbawa angin, singgah sejenak untuk kembali beranjak. Pertemuan dan perpisahan memang sepaket, jodoh sudah ditentukan.

Aku tahu, kini kita masih dalam kebersamaan itu, kebersamaan yang aku tak pernah tahu kapan akan berakhir, bukankan setiap yang berawal pasti berakhir. Begitupun keberadaaan kita hari ini, kita yang sama-sama sedang menunda perpisahan atau kita yang sama-sama sedang melakukan perjalanan tanpa tujuan untuk kemudian menemukan persimpangan dan berjalan berlainan arah.

Aku hanya takut, aku menjadi ingatan yang mati-matian kau lupakan. Aku ingin kau benar-benar ikhlas melepaskan tanpa paksaan dan tanpa kepura-puraan.

Komentar

Postingan Populer