Selamat Ulang Tah

Hari ini kau berulang tahun, meski telah ada doa lain yang lebih dulu mengirimkannya. Aku tak mau kau mungkin bertanya mengapa aku tak lagi mengucapkannya, atau jangan-jangan aku telah melupakannya. Tenang saja, aku belum sempat lupa tanggal berapa kau dilahirkan ke dunia.

Sebisa mungkin aku akan ingat tiap ulang tahunmu, berusaha mengucapkannya meski hanya sekadar ku posting di sosial media dan aku kira kau akan dengan senang hati membacanya dan kau pun ingin sekali membalasnya meski sudah terhalang oleh kenyataan.

Beberapa tahun ke belakang, aku selalu ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun itu, memberimu sedikit hadiah lalu menyemogakan harapan yang ingin sekali kita wujudkan. Tapi kini, semua harapan itu telah hancur, benar-benar hancur. Harapan-harapan itu telah Tuhan kabulkan dengan orang yang bukan lagi aku.

Ia telah bersamamu kini, menemani sisa usiamu, memberikan ibumu cucu yang lucu. Dan aku, jangan pernah kau tahu kehidupanku setalah tanpamu. Aku sudah cukup dewasa ditemani luka-luka.

Di hari ulang tahunmu ini, aku hanya mendoakan semoga hari-harimu selalu menyenangkan, uang suamimu tak pernah habis, dan segala keperluan keluargamu tercukupi, kau sekeluarga juga sehat.

Esok atau lusa mungkin aku sudah tak bisa lagi menulis seperti ini, tanganku kaku, atau tanganku telah kokoh digenggam seorang wanita lain. Aku menulis ini karena aku tahu dari dulu kau senang dengan tulisan-tulisanku. Meski saat bersama, beberapa tulisan yang bertema kesedihan sering membuatmu murka dengan raut muka menyebalkan.

Kita lahir di bulan yang sama, dan saat aku ulang tahun kemarin, aku kira kau mengirimkan doa meski diam-diam kau mengatakannya. Tak apa, aku mengerti dengan posisi ini.

Akhir kata, kau masih saja kerlip cahaya pada gelap gulitanya kata-kata, di hari-hari penuh duka.

Komentar

Postingan Populer