Aku Ikhlas Berteman dengan Kandas

Malam ini, aku ingin terjaga lebih lama. Hanya sekadar untuk memastikan bahwa kita sudah bukan lagi kita, bahwa indah cinta kita sudah tak harus lagi ada.

Di sini, aku duduk sendiri bersama segelas kopi dan sepi yang bertubi-tubi melukai. Menjadikannya aduh yang melumpuhkanku berulangkali. Memaksa kepala untuk segera melupa meski harus sakit akhirnya. Kantuk yang selalu berhasil dihempaskan lamunanku ketika suatu kita masih mudah untuk jumpa, sebelum akhirnya sekat yang begitu kokoh memisahkan raga juga semua yang masih dalam tahap rencana.

Melupakan dan mengingatmu seperti menggenggam sembilu, yang semakin aku genggam darah semakin banyak tumpah. Semakin aku lepasakan sembilu itu, semakin kenangan menyerbu dengan peluru melubangi setiap inci dadaku. Membuatnya semakin sesak ketika tiba-tiba terdengar kau masih saja terisak karena sadar sudah tak lagi berhak membicarakan kelak.

Setiap hari, waktu membawamu semakin jauh dari jangakuan lengan yang dulu aku gunakan untuk menopang setiap sedu sedihmu. Karena melihatmu baik-baik saja ialah apa yang begitu membuatku benar-benar lupa kepedihan yang pernah terjadi sebelumnya.

Kini, kesedihan dan kerapuhan kau titipkan kepadaku yang membuat perjalanan pergimu begitu kencang melaju. Meninggalkanku yang hanya bisa menyaksikan apa yamg sebelumnya tak pernah terbayangkan. Ketika aku berniat menikahi dengan aamiin yang begitu sungguhan. Namun takdir angkuh tak setuju, takdir pula yang akhirnya mempertemukanmu dengannya. Dan membiarkanku mengenali rasa pedih untuk bekal kehidupan ke depan.

Doa "semoga aku lekas bahagia" kau ucapkan begitu meyakinkan, dia yang sekarang denganmu kemudian begitu kencang mengaminkan. Menyuruhku menyaksikanmu di pelaminan, menyuruhku menyerah untuk tak pernah lagi mengharapkan.

Ya, ikhlas memang sebaik-baiknya pilihan meski begitu mudah diucapkan namun begitu sesak ketika harus dilakukan.

Di sini aku sekarang, bersama serpihan perasaan yang masih berantakan dan belum ingin lekas aku rapikan.

Semoga kau berbahagia dengan dia, meski kau titipkan luka, aku akan selalu tampak baik-baik saja. Hinga lupa, hingga jadi tiada pada akhirnya. Jangan doakan aku untuk segera mendapatkan orang lain, yang bukan lagi kamu.

*Pagelaran, 2019

Komentar

Postingan Populer