Ketika Ketiadaan Datang Menyapa

Setelah tidak denganmu, aku menjelma gelandangan yang kehadirannya ditakuti, dibenci, bahkan diusir dengan caci-maki. Beberapa kali aku menemukan mereka-mereka yang peduli, mereka yang tidak hanya memandang sebelah mata, mereka mendengarkan segala kegaduhan dan kecamuk yang terasa di dada. Namun sayangnya, mereka tidak sendiri.

Begitu banyak kecewa yang aku rasa, setiap kali aku terluka aku selalu ingat betapa kamu pernah menjadi seorang yang paling mengerti tentang segalaku. Kamu selalu tertawa ketika aku bercerita hal-hal tabu.

Ya, aku tahu. Tidak akan pernah aku temukan sosokmu pada diri perempuan lain. Mereka tampak jahat, tidak mampu menolongku dari jeratan sekat masa lalu. Mereka tak mau peduli dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Setelah tidak denganmu, aku adalah manusia lemah yang kadang tak menemukan arah. Terombang-ambing bagai kapal tanpa nakhoda. Dermaga tempatku ingin bersauh justru mengusirku untuk kembali berlabuh ke samudera jauh.

Aku terus menyusuri waktu dengan harapan, suatu ketika akan ada ia yang mampu menemukan, ia yang takut kehilanganku seperti aku yang takut kehilangannya. Diperaduan sunyi kurebahkan diri, bernyanyi dengan bahasa yang tidak dimengerti.

Setelah tanpamu, aku menjadi kilau cahaya yang tak menerangi siapa-siapa. Lilin menyala sendirian pada kegelapan. Mereka telah pergi membawa lenteranya sendiri. 

Di sini, telah banyak kutuliskan perihal namamu. Nama yang dulu paling sering kusebut dalam doa. Sebelum akhirnya, Tuhan menghadiahiku perihal kehilangan.

Komentar

Postingan Populer