Tanya Luka

Tak ada waktu yang tepat untuk sebuah perpisahan, ketika ada hati yang akhirnya harus merasakan kesedihan begitu dalam. Sesiap apa pun persiapan untuk sebuah kehilangan, selalu ada hati yang akan menanggung pedihnya sebentuk kerelaan.

Dipaksa menyebuhkan sediri, dipaksa melupakan yang telah melupakan. Dipaksa kuat, meski kenyataannya sangat lumpuh dan rapuh. Bahkan ketika berkata "aku sudah sembuh".

Untuk beberapa luka, waktu memang menjadi obatnya. Tapi tidak berarti mampu menyembuhkan sepenuhnya. Karna manusia tidak mudah begitu saja melupakan apa yang pernah hatinya ingat.

Kadang setelah lama berlalu pun luka yang sudah tinggal bekasnya, akan kembali tiba-tiba terbuka dan menganga. Ketika sebuah kalimat "apa kabar?" mempu meruntuhkan apa yang selama ini sudah susah payah untuk dilupakan.

Hancur seketika hanya untuk berkata "kabar baik, bahkan sangat baik" kemudian rasa pedih memenuhi rongga dada, ibarat bara dalam sekam ketika tanpa sengaja kau melihat beranda yang sudah penuh dengan kisah bahagia bersama orang lain yang bukan lagi kamu.

Menceritakan semua kisah ketika dirimu tak lagi ada di hidupnya. Padahal saat itu kau begitu kukuh bertahan menanggung kesakitan, derita karena cemoohan yang sering kali membuat dada sesak.

Komentar

Postingan Populer