Ada Kiriman Jin Penghalang Jodoh?

Sebelum wisuda, aku dipaksa temanku untuk datang ke tempatnya. Tapi karena waktu itu aku sedang sibuk dengan skripsi, aku tak sempat datang ke tempat ia berada. Ia hanya berkata;

"kalau ada sesuatu yang harus dibicarakan serius!" 

Aku iya iya saja karena memang susah sekali untuk meluangkan waktu karena setiap hari sibuk dengan skripsi dan bimbingan.

Akhir-akhir ini aku memang merasakan sulit sekali membuka hati dan mendekati perempuan dengan serius, beberapa hanya menarik tapi tidak membuatku tertarik untuk mendekati apalagi serius padanya ingin menikahi.

Entahlah, beberapa tahun aku mengalami hal yang sama. Ketika misalnya sang perempuan mengajak nikah, tiba-tiba saja perasaanku berubah jadi benci dan tegas berkata; "tidak!" Tapi awalnya aku merasa ini hal biasa, atau hal wajar karena perasaan memang sifatnya berubah. Namun lama-lama aku merasakan ada yang janggal dengan diriku sendiri.

Singkat cerita, tibalah saat wisuda, sahabatku kembali mengabari untuk bisa menginap di tempatnya. Aku pun meng"iya"kan karena kebetulan tempat acara wisuda dengan tempat ia tinggal tidak terlalu jauh.

Setelah selesai geladi aku telefon dia untuk meminta "share loc" karena aku tidak tahu sekarang dia mondok di mana. 

Oh ya, sebelumnya aku perkenalkan sahabatku dulu. Namanya "abdul" (nama samaran) dia adalah sahabat sewaktu kita sama-sama kuliah di salah satu perguruan tinggi di kotaku. Tapi dia berhenti karena alasan ekonomi. Ia melanjutkan mondok, berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya rambutnya panjang seperti model iklan sampo.

....

Singkat cerita, setelah abdul memberikan lokasinya, selepas magrib aku langsung menuju ke tempatnya. Tapi di jalan aku sempat nyasar karena mengikuti google map dengan lokasi yang ia berikan. Aku masuk ke jalan kecil, kiri-kanan jalan berjejer vila-vila besar, gelap dan tampaknya tanpa penghuni. Tanpa menghiraukan ketakutanku yang seorang penakut aku terus menyusuri jalan hingga tiba di pemakaman yang luas. 

Terlihat ada satu pria tua pelan menyusuri jalan, lantas aku bertanya alamat yang dimaksud. Dia beneran manusia kok karena ini bukan cerita fiksi horor, dia bilang bahwa saya salah jalan.

Sebelum masuk ke sini harusnya tadi belok "kanan bukan kiri" ucapnya
"Masih jauh?" kutanya

"Lumayan, ade mau apa ke tempat ini?" Bertanya heran

"Saya mau ke tempat kawan saya, Pak."

"Oh ya sudah Bapak sekalian ikut ke depan, nanti Bapak tunjukan jalannya"

"Oh iya, terima kasih, silakan, Pak ikut."

Di sepanjang jalan Bapak tersebut menceritakan jika tempat yang akan aku tuju adalah tempat pengobatan orang-orang dengan sakit yang tidak bisa dideteksi medis. 

"Saya kaget, serius pak?"

"Iya, di sana banyak sekali pasien dari luar kota dengan penyakit aneh yang jika diperiksa medis tidak ada satu penyakitpun ditemukan, mereka adalah orang-orang yang terlihat sehat namun ya seperti itulah, ada hal yang memang tidak bisa dicerna dengan logika"

Setelah berjalan beberapa menit, sampailah kami di arah menuju tempat kawanku tinggal, bapak itu pun turun dan melanjutkan perjalanan. Entah akan ke mana Bapak itu pergi, aku pun lupa bertanya karena saking seriusnya mendengarkan pembicaraan.

"Makasih dek!"

"Oh iya pak, sama-sama."

"Hati-hati ya" 

"Iya pak, terima kasih"

Kami pun melanjutkan tujuan ke masing-masing arah. Di tengah perjalanan aku pun berhenti untuk menelefon kawanku.

"Hallo, dul!"

"Hallo! Maneh di mana? (Kamu di mana?)"

"Iyeu urang di belokan jalan kadinya (ini saya di simpangan jalan menuju ke sana)"

"Tunguan didinya, urang ayeuna kadinya! (Tungguin di situ nanti saya ke situ)"

Aku menunggu kawanku menjemput sambil memikirkan ucapan bapak tadi yang sepertinya heran aku datang ke tempat kawanku.

Tiba-tiba klakson berbunyi, dan itu kawanku sudah datang. Lama sekali kita tak pernah berjumpa setelah ia memutuskan untuk mondok ke luar kota, meski akhirnya balik lagi ke kotanya.

Aku langsung menghampirinya, lantas bersalaman. Ia terlihat senang melihatku lagi, aku tahu ia sangat rindu dengan sahabatnya yang baik hati ini. Meski aku juga aneh dengan postingan-postingan yang sering ia bagikan. 

"Ayo!"

Ayo, katakaku mengikuti motornya dari belakang..

Tak lama, kami pun tiba di tempat ia mondok. Gedungnya megah, tiga lantai. Dari luar tampak seperti biasa. Namun ketika masuk ke dalam suasananya hening. Suasana di dalam seperti tanpa penghuni, padahal jika pesantren biasa bakal banyak santri dan tidak akan sehening itu.

Abdul lantas mengajaku masuk ke kamarnya yang posisinya berada di paling atas. Sepanjang menyusuri lorong gedung aku cuma berpikir; "ini pesantren apa? ko sepi sekali padahal kamarnya banyak, ada satu dua kamar yang pintunya terbuka tapi isinya gelap dan seperti kosong." Sampai aku  tiba di kamarnya dan aku kaget jika di dalam kamar kawanku, ada seorang lelaki muda, kira-kira usianya masih belasan tahun. Sedang berbicara sendiri. Abdul pun bilang; 

"Jangan kaget, dia pasien di sini!"

"Pasien apa?" tanyaku heran

"Sudah, istirahat dulu saja. Nanti saya masakin nasi, sama bikinin kopi."

Aku pun masuk sambil sedikit ketakukan, pasien itu seperti sedang berbicara dengan seseorang tapi aku lihat tidak seorang pun ada di depannya. Selain aku dan Abdul. Aku memperhatikan sekeliling kamar kawanku. Isinya seperti tempat perdukunan, ada bau-bau khas sama pajangan-pajangan bedan-benda pusaka dan benda lainnya terlihat di kamarnya. 

Karena lelah, aku pun merebahkan tubuh sejenak, sambil menunggu Abdul yang pamit ke warung untuk mempersiapkan suguhan menyambut kedatanganku. 

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan jeritan pasien di dalam kamar temanku. Seketika aku bangun dan melihat ke arah pasien tersebut. Dia tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang terjadi. Dia seperti sedang di datangi seseorang.

Aku kembali merebahkan tubuh, karena lelah seharian mengikuti acara geladi untuk acara wisuda besok. Pasien tersebut sesekali bernyanyi namun yang ia nyanyikan nadom khas santri yang isinya penuh makna. Saya pun mendengarkan dengan perasaan deg-degan karena dikhawatirkan dia akan menyerangku tiba-tiba. 

Dan ya, dia berhenti bernyanyi lantas menghampiriku. Dengan kaget aku pun bangun. Dia mengajakku bersalaman, kemudian berkata;

"Boleh pinjam korek?"

Oh iya ada, aku pun merogoh saku lantas memberikan korek. Dengan jantung yang hampir saja copot.
 
Terima kasih, ucapnya. Sambil kembali pergi tanpa basa-basi lagi. Kali ini pasien itu seperti sedang menasehati saudaranya dan lagi-lagi berbicara sendiri sambil menghisap rokoknya. Dia berbicara dengan bahasa yang baik dan penuh nasehat, saya kira dia orang cerdas dengan tingkat keilmuan yang lumayan.

Tiba-tiba kawanku datang, 

"maaf lama" katanya. 

"Iya engga apa-apa." Kataku

Aku pun langsung bertanya siapa pasien itu sebenarnya dan kenapa ada di sini? Tapi kawanku bilang;

"Santai dulu lah, kita minum kopi dulu. Pasien itu baik kok engga akan nyerang kita. Tapi dia sering menyakiti dirinya sendiri dengan memukul atau membentur-benturkan kepalanya ke tembok." ungkapnya

Karena penasaran aku pun bertanya lebih detail apa yang terjadi sebenarnya di sini, dan kenapa sedikit orang yang ada di sini. 

Kata kawanku banyak orang ko di sini, mereka mengurung diri di kamarnya masing-masing. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang sakit non-medis. 

"Maksudnya?" tanyaku penasaran

"Iya, kebanyakan orang di sini adalah pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan medis. Jadi semacam penyakit gaib. Banyak sebab mereka sakit dan harus di rawat di sini."

"Terus orang di kamar ini, dia kenapa?" Tanyaku lagi

"Dia adalah korban dari tidak selesainya pesugihan yang pernah dilakukan kakeknya."

Kawanku menyebut salah satu tempat pesugihan terkenal di jawa. 

"Serem amat. Sejak kapan dia di sini?" tanyaku lagi"

"Dia sudah lima bulan ada di sini, awalnya dia memang orang sehat dan normal. Dia sekolah SMA juga sebelum kakeknya meninggal dan mulai terjadi hal-hal aneh yang dialami pasien tersebut."

Aku menyimak kawanku bercerita sambil berpikir kenapa aku mau menginap di sini. Karena awalnya kawanku tidak memberi tahu jika tempat ia tinggal sekarang bisa dikatakan rumah sakit gaib. Mungkin karena pikirnya aku akan takut dan tidak akan mau menginap di tempatnya ini.

Aku khawatir ketika aku tidur pasien tersebut akan ngamuk. Karena di dalam kamar banyak benda pusaka yang terpajang. Seperti pedang panjang dan benda-benda tajam lainnya.

"Apa pasien itu engga akan apa-apa ketika nanti aku tidur?" kutanya

Tenang, kawanku mencoba menenangkanku. 

"Aku semalaman tidak tidur." ucapnya

"Lah ngapain?"

"Saya sedang mewiridkan doa-doa sampai pagi, dan saat siang saya berpuasa, tidur sebentar lantas mengurus pasien-pasien yang ada di sini. Ini saya lakukan sudah berjalan enam bulan."

"Sampai kapan?" kutanya

"Saya berpuasa dan melakukan wirid selama satu tahun dan tidak boleh berhenti. Kecuali memang ada halangan atau sakit parah. Kalo karena malas saya harus mengulangnya dari awal"

"Buset!" Aku pun kaget
"Maneh naha jadi kieu? (Kamu kenapa jadi gini)" tanyaku.

"Panjang ceritanya."

Yasudah cerita saja. 

Sambil minum kopi kawanku menceritakan kejadian yang membuat dia sampai harus mondok di sini. Setelah sebelumnya dia mondok di pesantren salafi pada umumnya.

Singkatnya, kawanku adalah korban kiriman jin yang dilakukan orang yang dia tidak sebutkan orangnya. Abdul sering kesurupan, muntah darah dan keanehan-anehan lain yang ternyata dialami juga oleh kedua orang tuanya. Saat malam hari suasana ganjil sering terjadi pada Ibu dan Bapak Abdul..

 Orang tersebut merasa akan tersaingi menjadi ustad di kampungnya. Dan orang itu tidak mau itu terjadi, karena itu dia mengirim makhluk gaib untuk mengganggu kawanku ketika menjalankan pendidikan di pesantren.

Aku yang mendengarnya seperti percaya tidak percaya sekaligus sedih karena yang saya kenal kawanku adalah orang yang soleh dengan ilmu agama tinggi. Ketika dulu masih kuliah dia sering membuat dosen berdecak kagum atas pertanyaan dan pernyataan yang sering ia lontarkan.

Tapi sekarang, kenapa dia harus mengalami hal semacam ini yang membuat kawanku berada di sini. Mengurusi pasien dengan penyakit yang sulit diterima logika.

....

Kawanku tiba-tiba bercerita maksud dan tujuan ia memaksaku ke sini. Dia bilang jika aku telah mendapatkan gangguan makhluk-makhluk halus kiriman dari orang yang tanpa sengaja hatinya pernah kubuat luka. 

"Loh kok, kamu tahu darimana?" kutanya

Dia menjawab "sebagai sahabat, aku bisa merasakan energimu meski dari jauh, aku selalu mendoakan keselamatanmu tapi makhluk yang mengganggumu memang cukup kuat."

Dalam hatiku berkata; 
"ah masa iya? Aku engga percaya, mana ada hal-hal semacam itu terjadi padaku. Meski memang dulu aku mungkin sering menyakiti hati wanita, atau beberapa kali aku pernah terlibat pertikaian dengan laki-laki yang wanitanya lebih memilih mencintaiku."

Aku memang seorang yang tidak sepenuhnya percaya akan gangguan-gangguan gaib. Meski aku percaya jika setan dan jin itu ada.

Kawanku mengajakku bertemu temannya, karena dia bilang kawannya memiliki ilmu lebih tinggi untuk mendeteksi makhluk apa yang ada di tubuhku ini.

Aku pun menyetuji ajakannya meski dalam hati ragu-ragu.

Saat kami sedang santai bercerita, tiba-tiba terdengar suara pasien yang ada di kamar kami membentur-benturkan kepalanya. Kawanku langsung beranjak dari duduknya menenangkan pasiennya sambil menyuruhnya berdoa dan membacakan doa untuknya. Lantas kembali duduk setelah pasien itu mulai tenang, meski terus-terusan berbicara ke sana ke mari dan tertawa sendiri.

Kawanku bilang, dia hanya aneh saat malam hari saja. Saat siang dia seperti orang normal biasa. Penyakitnya mulai datang menjelang senja atau menjelang magrib sampai pagi lagi. Istilah jawanya adalah waktu sorop.

"Saya kasian pada ibu-bapaknya." Ucap kawanku.
Dia adalah anak satu-satunya tapi harus mengalami sakit aneh di usia yang harusnya masih kelas tiga SMA. Dia di bawa ke sini saat masih kelas dua. Dan ibunya bercerita jika kakeknya pernah bertapa di tempat pesugihan tapi ritual tidak dilakukan sampai selesai hingga akhirnya makhluk halus itu menyerang cucunya.

"Dia diobati di sini berapa lama sampai sembuh?" Kutanya.

"Paling lama setahun, itu pun jika syaratnya sudah terpenuhi."

"Loh emang syaratnya apa?"

"Keluarganya harus menyembelih seekor sapi."

Dalam hati; "ko semakin aneh, aku takut dia jadi menyimpang." tapi aku tak berani untuk bertanya lebih dalam karena takut menyinggung perasaannya.

*****

Kemudian aku diajaknya menemui kawannya setelah selesai meminum kopi. Dia menawariku makan tapi aku tidak mau karena memang sudah makan sebelum ke sana. Di sisi lain juga aku jadi tidak nafsu makan karena aroma ruangan dengan wangi khasnya.

Aku menuju ke kamar amar. "Amar adalah nama samaran." 

Di sana kami duduk dan kawanku basa-basi. Kawanku mencerikan jika aku belum menikah padahal usiaku sudah dibilang cukup untuk menikah. Amar yang awalnya cuek rebahan dengan terus membaca wirid tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

Dia meminjam tanganku dan meminta mengepalkannya sambil membacakan doa, amar tiba-tiba menekan salah satu sela-sela jariku. Aku pun berteriak kesakitan karena rasanya memang menyakitkan sekali dan sangat panas.

Amar bertanya; "panas?"

Sambil merintih kesakitan aku pun menjawab;
"Panas dan sakit sekali."

Amar lantas menceritakan, jika aku telah lama ditempeli delapan jin yang sangat kuat. Tujuannya untuk menghalangi auraku dan menghalangi aku dari menemukan jodohku. Amar juga bilang jika aku akan malas membahas tentang pernikahan. Sambil terus berdoa dan memejamkan mata amar sesekali juga menjelaskan jika ada seorang yang telah mengirimu jin-jin ini. Dia juga bilang jika jin yang ada di tubuhku sangat kuat.

Amar menyarankan kawanku untuk membawaku ke tempat murid yang pernah mondok di sini. Karena amar tidak sanggup untuk benar-benar menghilangan jin-jin tersebut dari tubuhku. Amar tidak menyarankanku untuk menemui pimpinan pondok di sini yang dikenal sangat disegani dan dikenali banyak orang dari luar kota karena akan meminta mahar yang sangat mahal. Sehingga amar menyarankan kawanku untuk mencari alternatif lain.

Pasien di sini pun terbilang banyak dari luar kota dan luar provinsi. Mereka datang ke sini untuk menyembuhkan penyakit gaib yang dialaminya.

Aku dan kawanku lantas kembali ke kamar setelah badanku dipijit di titik-titik tertentu. Aku memutuskan untuk tidur karena esoknya aku akan wisuda. Kawanku bilang tidur saja yang tenang, jangan dipikirkan apa yang diceritakan tadi. 

Kawanku juga berkata;
"Saya akan mendoakan kesehatan dan keselamatanmu. Saya akan khusus mewiridkan untuk menghilangan jin di tubuhmu." 

Aku pun mengucapkan terima kasih, aku percaya abdul sayang pada sahabatnya yang tampan ini. Tapi aku juga sedih melihat keadaan abdul sekarang sebagai ahli hikmah. Abdul juga pesan jika aku ada waktu dia akan mengajakku ke tempat yang tadi disarankan kawannya.

Aku bilang InsyaAllah. Bukan aku tidak mau, hanya saja aku takut ini menyebabkan saya jatuh ke dalam lembah kesyirikan dan kemusrikan karena saya sadar ilmu agama saya masih sangat kurang sehingga kurang tahu mana batasan syirik dan tidak.

Aku percaya jika Tuhan berkehendak aku akan segera bertemu jodohku.



Komentar

Postingan Populer