Yang Tak Pernah Bisa Kembali

Untuk mengiringi langkahmu pergi, aku selalu membekali satu doa yang tak pernah sekalipun kau mendengarnya. Isinya; "semoga kau bahagia di mana dan dengan siapapun kau pada akhirnya." 

Aku berhenti bukan karena tak ingin lagi menemani, aku dihentikan paksa oleh keadaan. Di mana aku hanya mampu menyemogakan, sementara Tuhan memiliki jawaban berlainan. Aku menyerah di antara tangan yang tak lagi mampu menggapai, tubuh yang tak lagi mampu memeluk, juga tawa yang berganti rupa. 

Di sini, aku menyaksikan kisah kita. Kisah yang akhirnya berakhir. Aku tak pernah bisa memintamu untuk kembali, jalan di depan sudah berlainan. Tak apa, pergilah. Temui ia yang sudah menjadi takdirmu. Meski kerelaan kadang perlu pemaksaan.

Singkirkan aku dari segala hal yang mungkin masih membuatmu menangis mengingatku. Hapus air mata kerinduan, buatlah senyuman semanis mungkin. Sambutlah ia dengan perasaan sungguhan.

Ikhlas memang bukan hanya tentang kata, ikhlas ialah tidak lagi berpura-pura ketika melihatmu akhirnya bahagia, ikhlas ketika melihatmu sudah paham arti dari memiliki dan dimiliki, tak lagi tersiksa oleh kenangan yang datang di malam hari, ikhlas adalah berdamai dengan sepi setelah kabarmu tak pernah lagi datang menghampiri.

Kabar yang hilang, perbincangan tak masuk akal hingga ketiduran, janji-janji pertemuan. Sudah tak akan lagi kita temukan.

Doa-doa baik masih kukirimkan untukmu, meski pelan namun penuh kesungguhan.

Komentar

Postingan Populer