Andai

Sesekali aku ingin sekali tahu kabarmu, ingin sekali menyapamu lagi. Aku tak pernah ingin kita asing begini, aku tak mengharapkan kita harus saling melupakan. 

Andai waktu bisa diputar, mungkin aku tak akan membiarkanmu jatuh ke pelukan orang lain, andai sedikit saja kau mau menunggu sudah dipastikan aku akan membawamu ke penghulu. Tapi aku tahu, takdir memang tak setuju untuk kisah kita. Ia memberikan kita perpisahan lengkap dengan tangisan.

Kau terlanjur menerima pinangan orang lain, meski meronta kau tak pernah bisa lepas dari jeratnya. Sepucuk surat undangan kau layangkan, lengkap dengan isak penyesalan dan saling menyalahkan, ketika ego memainkan peran, aku pun kau tinggalkan. 

Sejak perpisahan itu terjadi, kita menjadi sepasang yang sama-sama menyesal. Terus bertanya, mengapa bisa? Janji-janji yang pernah bersemi kini hanya menyisa hujan dan membasahi pipi, foto-foto yang masih tersimpan itu memedihkan mata, membangunkan lagi luka, harapan-harapan yang pernah kita bayangkan kini jadi bom waktu yang ledakannya mampu membuat rapuh.

Kuharap kau bahagia, meski bagiku kau adalah apa yang abadi mengalir pada nadi. Kau masih hal menyebalkan karena berulangkali gagal aku lupakan.

Komentar

Postingan Populer